Tips untuk Mudik yang Menyenangkan
Tanpa terasa sudah 7 tahun ini saya melakukan ritual tahunan mudik dengan kendaraan (mobil) sendiri. Pertimbangan utamanya sih karena masalah biaya: keluarga saya cukup besar, sehingga kalau harus naik pesawat, perlu biaya besar pula. Lagipula rasanya akan lebih fun jika perjalanan mudik ini dinikmati bareng-bareng dengan fleksibel, tidak tergantung jadwal orang lain. Apalagi mobil saya, Honda Stream 2000cc, termasuk cukup handaldan nyaman untuk traveling jarak jauh. Jadilah mudik dengan mobil menjadi acara rutin tahunan kami, dan setelah menjalaninya selama 7 tahun, rasanya ada beberapa hal yang bisa dibagi khususnya bagi para "mudikers" bermobil lainnya.
Mudik sebenarnya bisa dilihat dari dua sisi. Secara fisik, ia adalah mobilitas orang. Secara mental, ada unsur transendental di sana. Menengok orang tua dan bersilaturahmi dengan saudara mengandung nilai-nilai moral dan tradisi yang tinggi, yang tidak selalu dengan mudah dipahami oleh orang-orang yang berada di luar tradisi tersebut. Dalam event Lebaran, kedua sisi itu bertemu. Dengan demikian menjadi masuk akallah jika jutaan orang rela bersusah payah menempuh kemacetan dan berbagai kesulitan lainnya untuk memenuhi kewajiban tradisinya itu.
Tentu saja dengan berjalannya waktu, terjadi pula pergeseran-pergeseran dalam hal mudik, baik secara nilai maupun secara fisis. Saya bahas sisi fisisnya saja. Yang pertama, terjadi pergeseran pola waktu mudik. Jaman dulu, yg ada dalam pikiran saya adalah bahwa mudik itu dilakukan oleh orang-orang kota (besar) sebelum lebaran. Artinya, setelah hari raya, arus outbound dari Jakarta, Surabaya, dan kota-kota besar lainnya akan minimal. Hal ini ternyata tidak lagi berlaku saat ini. Saya amati bahkan setelah hari-H, arus keluar dari Jakarta masih tinggi.
Di sisi lain, cukup banyak pula orang yang tidak berlama-lama mudik. Artinya sejak hari H+1, trafik arus balik sudah mulai terlihat, meski masih sedikit.
Perubahan pola waktu mudik (dan balik) ini berimbas pada kondisi trafik di sepanjang jalur mudik tentunya. Jika sebelum hari-H jalur-jalur jalan didominasi oleh jalur mudik, pada hari-hari setelah lebaran, trafiknya bercampur. Ada arus mudik, ada arus balik, dan ada trafik lokal. Yang terakhir ini adalah para pemakai jalan yang bepergian jarak dekat saja. Kondisi inilah yang perlu diwaspadai, karena efeknya bisa di luar dugaan.
Pada kondisi beban puncak, jarak tempuh bukanlah menjadi fungsi waktu. Jogja - Semarang yang cuma 120 km dan normalnya ditempuh dalam waktu 3 jam, saat macet-macetnya bisa memerlukan waktu 8 jam atau lebih. Ada saudara saya dari Surabaya mau ke Jogja, dia harus berada di jalan selama lebih dari 17 jam. Tahun 2010, saya perlu waktu 3 hari 2 malam untuk menempuh perjalanan Jogja - Lampung.
Sungguh absurd rasanya, tapi inilah realitas mudik. Meskipun secara mental kebanyakan orang sudah siap menghadapi kenyataan ini, ada baiknya kita juga melakukan beberapa persiapan agar perjalanan kita, meskipun tersendat, masih bisa dinikmati dengan baik.
Yang pertama adalah identifikasi lokasi-lokasi rawan macet. Memang tidak bisa diprediksi, tetapi pengetahuan tentang lokasi-lokasi ini bisa menambah kesiapan kita. Secara umum, tempat-tempat rawan macet dicirikan oleh satu atau lebih penyebab sbb: adanya tempat keramaian (mis: pasar), medan jalan yang sulit (naik turun/berkelok-kelok), jalan yang sempit, dan adanya perlintasan kereta api. Beberapa lokasi rawan macet yang pernah saya temui antara lain: sekitar Indramayu (pasar), sepanjang Tasikmalaya-Nagreg (jalan naik turun/berliku), Bumiayu-Prupuk (perlintasan KA/jalan tidak lebar), dan Kebumen-Gombong (perlintasan KA). Untuk diketahui saja, dalam masa lebaran, untuk jalur KA yang sibuk, frekuensi KA lewat rata-rata adalah tiap 17 menit.
Untuk meminimalkan kemacetan, ada beberapa tips yang bisa dijalankan. Yang pertama, gunakan jalur alternatif (jika ada). Beranilah untuk bereksplorasi. Jalur alternatif biasanya kondisinya tidak sebagus jalur utama, tapi dalam situasi macet, hal ini tentu saja bisa diabaikan. Untuk membantu mencari jalur alternatif, alat navigasi berbasis GPS akan sangat membantu. Yang kedua, rencanakan waktu perjalanan. Minimalkan faktor-faktor pencetus kemacetan. Yang bisa diminimalkan adalah trafik lokal. Para local travellers ini aktif pada siang sampai sore hari, jadi pilihlah waktu yg tepat utk melakukan perjalanan. Sebagai contoh, saat berangkat dari Jogja kemarin, saya start jam 7 pagi dan lewat jalur selatan-selatan. Hanya dalam waktu 3,5 jam saya sudah sampai Gombong. Not bad dalam kondisi lebaran :)
Persiapan penting lain sebelum melakukan perjalanan mudik adalah mobil kita. Kehandalan itu mutlak harus, tapi selain itu, mobil harus bisa memberikan kenyamanan secukupnya. Saya pernah melihat sebuah Suzuki Carry diisi sampai 9 orang plus berbagai bawaan. Menurut saya, itu menyiksa baik mobil maupun penumpangnya. Berilah ruang yang cukup untuk tiap penumpang, agar mereka bisa istirahat dengan cukup nyaman. Lengkapi pula mobil dengan hiburan, misalnya musik atau film (khususnya jika membawa anak-anak). Mobil saya tidak ada alat pemutar videonya (sebenarnya ada, tp tidak berfungsi dng baik), tapi dengan Galaxy Tab yang dipasang di dashboard untuk memutar film, anak-anak bisa cukup terhibur. Oh ya, jangan lupakan pula logistik. Bawalah makanan dan minuman secukupnya agar tidak bingung saat dibutuhkan.
Dengan alasan yang sama, janganlah mengambil resiko dengan ketersediaan bahan bakar. Jangan menunggu mengisi bensin sampai indikator bahan bakar berkedip-kedip. Kalau pas perlu mengisi bensin pas terjebak macet akibatnya bisa fatal. Lagipula saat terjadi kemacetan, besar kemungkinan pompa-pompa bensin juga kehabisan stok, karena pengirimannya terhambat macet.
Dan yang paling penting pada akhirnya memang pengendalian diri. Saat terjebak kemacetan, biasanya emosi jadi naik. Tidak ada gunanya emosi, sebaiknya dibuat santai saja. Tidak usah menggerutu karena semua orang juga mengalami hal yang sama. Kalau pas macet panjang, matikanlah mesin lalu lakukan hal-hal yang biasanya tidak bisa kita lakukan, misalnya duduk-duduk di tengah jalan. Kalau bawa gitar, mainkanlah…It's fun…
Meskipun tidak macet, emosi dan sikap tidak menangnya sendiri juga tetap harus dijaga. Sepertinya ini yang susah, karena kemacetan itu juga sedikit banyak disebabkan karena ulah para pengemudi yang tidak sabar dan tidak mau memperhatikan pengendara lainnya.
Akhirnya, selamat menjalani mudik. Semoga perjalanannya lancar (meskipun macet) dan menyenangkan...
No comments:
Post a Comment